KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Trimegah Bangun Persada (Harita Group) terus menambah kapasitas produksinya dalam beberapa tahun belakangan ini. Terbaru, perusahaan nikel ini sedang dalam proses pembangunan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) kedua yang diprediksi selesai pada semester I 2024.
Melalui ekspansinya ini, Harita Group dapat memproduksi nickel cobalt compound sebagai salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik (EV) sebanyak 120.000 metrik ton pada 2024 mendatang.
Presiden Direktur PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Group), Roy A Arfandy menyampaikan produksi bahan baku baterai mobil listrik, nikel cobalt compound terus berkembang. Pada 2023, pihaknya berhasil mencapai kapasitas produksi sebanyak 55.000 ton per tahun.
“Kami berharap mulai tahun depan kapasitas meningkat 2 kali lipat menjadi 120.000 ton per tahun,” ujarnya dalam webinar Peluang Investasi Hilirisasi Sektor Mineral, Senin (14/8).
Roy menceritakan, pada 2021 selain memproduksi smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) perdananya, Harita mulai membangun smelter HPAL tahap dua (fase 2) dengan menambah satu jalur produksi baru. Ekspansi lebih jauh ini dilakukan lewat PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF).
Kemudian pada 2023, pihaknya menyelesaikan smelter HPAL tahap 2 di mana satu jalur tambahan tersebut mulai produksi sebesar 18.000 MT.
“Ramping up untuk smelter HPAL tahap dua cepat hanya dua bulan sehingga pada akhir Maret 2023 kapasitas MHP kami sudah 55.000 MT per tahun,” ujarnya.
Setelah melaksanakan aksi korporasi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada April 2023 lalu, pihaknya lanjut melakukan hilirisasi dengan melakukan ekspor perdana nikel sulfat.
Adapun pada Juli 2023, Harita juga melakukan uji coba produksi kobalt sulfat. Asal tahu saja, nikel sulfat dan kobalt sulfat merupakan material inti pembuatan katoda sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
“Ke depannya sampai akhir tahun ini kami fokus agar Halmahera Jaya Feronikel bisa ramping up 100% dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Roy menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melaksanakan pembangunan pabrik HPAL kedua atau fase 3 yang dilakukan oleh PT Obi Nickel Cobalt (ONC).
Pembangunan smelter HPAL kedua ini sudah berjalan sejak pertengahan 2022.
Meski tidak memerinci berapa tepatnya nilai investasi pabrik kedua HPAL, Roy memberikan gambaran, rata-rata investasi pembangunan smelter HPAL di kisaran US$ 1 miliar atau jika dirupiahkan menjadi Rp 15,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.300/USD).
“Kami berharap pabrik HPAL kedua kami mulai comissioning bertahap pada pertengahan tahun 2024 di mana kapasitasnya mencapai 65.000 MT per tahun,” tandasnya.
Sumber: Kontan