Harga tanaman cengkeh menjadi penyebab sehingga para petani di kabupaten maupun kota di Maluku Utara bersepakat untuk tidak menjualnya ke pasaran, semata-mata karena tak mau merugi dua kali lipat.
“Saya belum berencana menjual cengkeh, karena harganya belum menutupi kebutuhan operasional selama masa panen,” kata salah seorang petani cengkeh asal Halmahera Selatan, Agus Djabid di Ternate,
Harga komoditi cengkeh per Januari 2020 masih
dijual Rp67 ribu per Kg, sehingga sebagian petani menilai harganya belum bisa
menutupi kebutuhan saat masa panen pada akhir 2019.
Di mana, harga cengkeh sebelum masa panen pada
pertengahan 2019, mencapai hingga Rp97.000 per Kg dan kini mengalami penurunan
hingga mencapai Rp67 ribu per Kg.
Harga cengkeh di Malut dalam tiga bulan terakhir
mengalami fluktuatif yakni Rp70 ribu per kg, turun Rp63 ribu per kg dan
dalam sepekan ini naik menjadi Rp67 ribu per kg.
Apalagi, saat ini, untuk cengkeh juga lagi
musimnya, sehingga karena stok kebutuhannya lagi sedang banyak, mengakibatkan
permintaan berkurang dan berpengaruh terhadap harga.
Salah seorang pengusaha pengumpul hasil bumi, Kow Nyong ketika dihubungi terpisah menyatakan, untuk dua jenis hasil bumi yang mengalami fluktuatif, yakni komoditi cengkeh dan kakao, karena kebanyakan harga yang ada di Kota Ternate khususnya dan di Malut pada umumnya mengikuti harga yang ditentukan dari Surabaya.
Sebelumnya, sejumlah pengusaha pengumpul hasil bumi menyatakan, terdapat dua jenis hasil bumi yang mengalami fluktuasi harga, yaitu kakao dan cengkeh, sedangkan yang lainnya masih tetap berada pada harga yang standar.
Olehnya itu, berdampak sampai di Ternate, karena kebanyakan banyak masyarakat menjual hasilnya di luar Malut, sehingga harga yang ada di luar berdampak dan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan.
“Untuk, diketahui untuk komoditi kakao dan cengkeh yang mengalami fluktuasi harga, karena kakao yang sebelumnya di harga Rp22.000 per kg, naik menjadi Rp25.000 per kg,” katanya.